Langsung ke konten utama

Translate

cara menghindari masalah eksternal dalam dunia garmen yang datang dari divisi packing

Menghindari masalah ekstern dalam pengiriman barang
Dalam dunia produksi, pengemasan sering dianggap sebagai suatu proses yang sepele, padahal kalau suatu produk salah dalam pengemasan itu bisa mengakibatkan kerugian yg paling fatal, karena jika ada kesalahan dalam proses packing, barang bisa sudah mencapai tangan pihak buyer, atau bahkan sudah mencapai pihak konsumen, dan itu merupakan suatu masalah ekstern yg bisa berujung klaim, apalagi jika kesalahan itu berupa kekurangan atau kelebihan quantity barang, maka kami akan berbagi sedikit pengalaman untuk menanggulangi masalah kesalahan dalam pengemasan barang, mungkin bagi beberapa PT yg sudah bonafide hal pengemasan barang sudah tidak menjadi kendala, tapi bagi industri kecil yg sistemnya masih belum tertata, mudah-mudahan pengalaman saya akan sedikit membantu.
Sebelumnya, Sedikit info yg saya dapat dari beberapa orang yg sudah berpengalaman puluhan tahun dalam dunia garmen, bahwa Indonesia lebih unggul dalam hal pengemasan produk daripada cina, terutama dalam hal marking  karton, kemungkinan ini terjadi karena di Indonesia memang sudah terbiasa menggunakan huruf alfabet tidak seperti di cina, ini merupakan salah satu daya tarik beberapa buyer untuk memberikan kepercayaan pada industri-industri di Indonesia untuk membuat produk mereka di sini, apalagi dengan adanya kebijakan pemerintah Indonesia yg memudahkan mereka dalam berinvestasi, beberapa tahun kedepan di berbagai daerah akan menjamur pabrik-pabrik yg akan saling bersaing.
Kembali ke bahasan kita, Kesalahan yang sering terjadi dalam pengemasan produk adalah sebagai berikut:
1. Salah style/type/pattern/article
2. Salah warna
3. Salah size
4. Salah Qty
5. Salah pasang barcode
6. Dll
Cara pertama, bacalah panduan packing produk yg biasanya berupa worksheet, cermati setiap detail dan buatlah sample setiap ada style baru untuk di approve ke atasan, jika sudah mendapatkan approval baru kerjakan,
Cara kedua lakukanlah double cek, yaitu dengan cara siapkan barang diatas meja, sebelum dimasukkan ke karton atau media lain, dan pastikan Qty, warna, style, PO, barcode sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan di worksheet, lalu masukkan produk ke karton sambil di cek kembali untuk memastikan qty, style, size, color yg sesuai,
Cara ketiga, timbang masing-masing karton, pastikan berat sama jika dalam satu karton berisi produk dengan style, size, dan qty yg sama, tetapkan toleransi selisih, biasanya toleransi 0,03 kilogram, tapi kalau berat produk diatas 10 kg, maka toleransi berubah, dari berat kita bisa melihat jika ada kesalahan qty, atau kesalahan size, jangan ragu untuk bongkar jika kita ragu dengan kebenaran isi kemasan, karena ragu-ragu itu hukumnya munafik 😃,
Cara keempat, beberapa industri kecil sering meremehkan pengemasan, sehingga seringkali ditemukan kesalahan qty, itu dikarenakan pengemasan yg alakadarnya, boleh alakadarnya tapi harus mementingkan pendataan, ingat‼! Bahwa suatu perusahaan nyawanya ada pada administrasi, maka untuk memudahkan pendataan alangkah baiknya ketika melakukan pengemasan harus diusahakan sama qty perkemasan, jangan ada yg satu isinya 15, yg lain 12, yg disana 10, yg itu 13, maka usahakan jika memang bisa isi berupa perlusin maka semua di isi perlusin, kecuali jika isi terakhir yg biasa kami sebut broken pack, karena isinya gak sesuai dengan yg lain, tp bukan berarti isinya barang yg broken yah😏, intinya perkemasan isinya usahakan sama, untuk memudahkan pengecekan dengan timbangan, dan memudahkan penghitungan,
Cara keempat, buatlah packing list, seringkali industri kecil mengirimkan barang dalam style yg beragam, jenis yg beragam, qty yg beragam dalam kemasannya, maka tidak cukup dengan surat jalan saat mengirim, setiap perusahaan yg sistemnya sudah tertata rapi selalu melampirkan packing list saat mengirimkan barang, mungkin akan di jelaskan dalam artikel saya yg selanjutnya tentang cara pembuatan packing list, karena di artikel ini akan sangat panjang.
Nah, itu pengalaman yg saya dapatkan selama bekerja di garmen, solusi sering diberikan jika kita tidak malu atau angkuh untuk menerima masukan dari berbagai sumber, meskipun terkadang solusi keluar dari orang yg kita benci, maka ingatlah sabda Rosulallah: Lihatlah apa yg dikatakan, jangan melihat siapa yg mengatakan. Maka setiap ada masukan baiknya kita terima yg baik, kita buang yg buruk, sekian tulisan saya, semoga bermanfaat 😃😊😎

Komentar

Postingan populer dari blog ini

pengertian dan alur sistem pabrik garment

PABRIK GARMENT Pengertian pabrik garmen/garment: Pabrik garmen adalah suatu pabrik yg bergerak di bidang textile, yg merubah bahan (fabric) menjadi pakaian (garmen), pabrik garmen memproduksi berbagai macam pakaian, Dari mulai underwear (pakaian dalam), celana pendek, celana formal, kemeja, t-shirt, polo shirt, singlet, jaket, dll.   selain pabrik garmen ada juga yg memproduksi pakaian secara masal (disebut masal karena dalam produksi order bisa 100 lebih dengan warna atau gambar yg persis sama, tidak seperti Tailor/penjahit rumahan yg hanya memproduksi 1pcs baju mungkin bisa lebih kalau ada Ibu-ibu pengajian atau arisan atau PKK yang pesan seragam) yg disebut konveksi, ada beberapa perbedaan antara garmen dan konveksi, perbedaannya ada pada kualitas dan proses produksi, di pabrik garmen dari proses Cutting sampai packing ada yg disebut QC (quality control), sehingga kualitas terjamin, sedangkan di konveksi kualitas kurang diperhatikan, asal jadi baju saja(meskipun ada

INGIN RESIGN

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...................... saya ingin berteriak sekencang-kencangnya, saat ini saya bekerja di pabrik garment, di divisi packing, diwaktu yang sama bos memperkerjakan seorang manager produksi baru, maaf yah saya akan menggosip banyak tentang dia disini, dia itu orangnya agamanya fanatic, dia seorang ustadz, suka ceramah, ada tapinya nih, dia gede bohongnya. :( masih berlanjut tentang kebohongannya ya gan, kebohongannya banyak digunakan untuk mengelabuhi buyer, aduhhhhh ampun deh, namanya bangkai sepintar apapun kita menyembunyikannya pasti akan ketahuan juga, saya tidak suka karyawan saya di ajari mental tipu-tipu, yang akhirnya terjadilah pepatah "guru kencing berdiri murid kencing berlari." akhirnya para karyawan pun mulai banyak tipu-tipu target. di status produksi beberapa barang berstatus output produksi 100%, tapi di divisi finishing saya cek barang hanya ada 30% dari jumlah yang semestinya, karena barang tersebut sebagian